Para pembawa misi perdamaian dan persahabatan tersungkur bersimbah darah oleh rezim penjarah. Pejaman mata dunia masih belum juga terbuka untuk menyaksikan mimpi buruk yang didemonstrasikan rezim buatan yang didukung para pengusung hak asasi manusia. Segala kebiadaban ini telah dilakukan selama 60 tahun, dan dunia Barat yang mengaku beradab masih saja asyik mengingkarinya.
Imam Khomeini sebagai pemimpin besar dunia adalah politikus besar yang paling pertama menyikapi rezim penjajah Palestina.
Ketika orang-orang Zionis membakar Masjidul Aqsa pada 18 Agustus 1969, Imam Khomeini langsung mengutuk tindakan tersebut. Beliau dalam pernyataan bersejarahnya mengenai renovasi Masjidul Aqsa menyatakan, "Selama Palestina belum dibebaskan, umat Islam tidak boleh merenovasinya dan puing-puing Masjidul Aqsha dampak kejahatan Zionis disaksikan oleh seluruh dunia."
Pada periode Revolusi Islam, Imam Khomeini dalam berbagai pernyataannya senantiasa menegaskan wajib jihad bagi seluruh umat Islam untuk membebaskan Palestina, mendukung kelompok-kelompok pejuang Palestina dan pentingnya memerangi Zionis. Semua ini dilakukan Imam Khomeini ra agar opini publik dunia terus mengingatnya.
Fakta-fakta sejarah membuktikan bahwa perselisihan paling penting Imam Khomeini dengan rezim Syah Pahlevi kembali pada masalah pengaruh rezim Zionis Israel di Iran dan kehadiran anasir-anasir Zionis Israel di sejumlah jabatan pemerintahan.
Duka Anak-Anak Palestina yang Tak Berdosa |
Sikap pertama Imam Khomeini bersamaan dengan dimulainya perjuangan politik beliau terhadap rezim Syah Pahlevi terkait dengan penolakan rezim ini memboikot minyak bagi Zionis Israel dan pemutusan hubungan dengan rezim penjajah al-Quds.
Imam Khomeini dalam wawancaranya tertanggal 17 Desember 1978 mengatakan, "Satu alasan mengapa saya berhadap-hadapan dengan Syah, kembali pada sikapnya membantu Israel. Ia menjarah minyak umat Islam dan memberikannya kepada Israel. Ini dengan sendirinya menjadi faktor penentangan saya terhadapnya."
Puncak sikap anti-Zionis Israel Imam Khomini dan dukungannya terhadap rakyat tertindas Palestina dalam menentukan Hari Quds Sedunia, hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai hari perjuangan melawan para arogan, zalim dan Zionis. Sekaitan dengan hari ini, Imam Khomeini dalam pesannya mengatakan, "Hari Quds adalah hari sedunia. Bukan hari yang dikhususkan untuk al-Quds, tapi hari orang-orang tertindas menghadapi para arogan..."
Bila saat ini, dunia tengah sedih menyaksikan pembantaian para aktivis perdamaian, mengapa tidak menyimak petunjuk Imam Khomeini dalam menghadapi arogansi rezim Zionis Israel
Cara pandang komprehensif Imam Khomeini terhadap masalah perjuangan melawan Zionis Israel mengantarkan beliau pada satu kesimpulan bahwa Zionis Israel adalah manusia-manusia yang tidak pernah taat pada hukum internasional. Mereka berbuat segalanya sekehendak hati. Bagi Israel, masyarakat internasional hanya angin lalu.
Dalam pemikiran Imam Khomeini , solusi masalah Palestina bukan melalui jalur politik dan diplomasi. Menurut Imam Khomeini , rezim Zionis Israel merupakan kanker dan satu-satunya jalan mengobatinya adalah dengan memusnahkannya. Imam Khomeini berkeyakinan bahwa negara-negara dunia harus mengisolasi rezim Zionis Israel dan memutuskan segala bentuk hubungan perdagangan dan diplomasi.
Sekaitan dengan peran lembaga-lembaga internasional yang berafiliasi dengan kekuatan-kekuatan imperialis dunia, Imam Khomeini menyampaikan pandangan tegasnya. Kepada seluruh umat Islam dan banga-bangsa independen dunia Imam berkata, "Umat Islam tidak perlu menanti lembaga-lembaga internasional melakukan sesuatu untuk mereka. Bangsa-bangsa harus bangkit dan memaksa setiap pemerintahnya menghadapi Israel. Jangan cukup hanya dengan mengecam."
Serangan brutal rezim Zionis Israel hari Senin yang berujung pada syahidnya 20 aktivis perdamaian dan melukai puluhan lainnya, dunia semakin terbuka matanya. Debu yang dahulunya menutupi wajah para pemimpin Zionis Israel mulai menepi dan wajah bengis mereka semakin tampak. Dunia semakin ngeri menyaksikan wajah asli Zionis Israel.
Namun sampai kini dunia masih bingung dan jalan di tempat. Sementara ular yang diciptakan oleh kekuatan hegemoni dunia mulai membuka mulutnya ingin membinasakan manusia. Peristiwa perang 6 hari, 22 hari dan 33 hari serta pelbagai kebiadaban lainnya dan pada akhirnya serangan brutal terhadap konvoi bantuan kemanusiaan menyadarkan manusia. Apa yang dikatakan oleh Imam Khomeini itu benar adanya.
Menghadapi Zionis Israel bukan di meja perundingan, tapi harus di medan nyata.