saya adalah salah satu di antara jutaan rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan, mengapa demikan?, sebab sampai saat ini saya tidak mempunyai pekerjaan, alias pengangguran.
Jika demikian maka bisa dipastikan setiap sarjana yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali juga masuk kategori miskin jika kita mengacu ke Bank Dunia. Secara statistik jika kita ingin menghitung jumlah orang yang masuk kategori miskin di Indonesia mungkin mencapai angka di atas seratus juta jiwa, termasuk yang bukan pengangguran terdidik dalam arti Sarjana, karena bisa dibayangkan ada berapa Universitas di Indonesia yang dalam setahun mampu menghasilkan jutaan sarjana yang tentunya setelah menjadi sarjana tidak akan langsung bekerja, melainkan harus berjuang dulu untuk bisa mendapatkan pekerjaan, entah itu pekerjaan yang dikelolah oleh pihak swasta atau menjadi PNS.
Saat ini, menjadi pegawai negeri sipil masih menjadi favorit, sekalipun untuk mendapatkan itu jalannya tentu teramat sulit, sebab selain harus cerdas dalam menjawab soal tes CPNS, factor X juga tidak bisa di abaikan yang pada akhirnya jawaban yang paling benar untuk menjawab soal tes CPNS tersebut adalah NEPOTISME.
Hal tersebut bukan lagi rahasia umum, sebab penyakit tersebut sudah terlanjur kronis sehingga membutuhkan pengobatan yang tentu memakan waktu yang tidak sedikit, syukur-syukur kalau penyakit NEPOTISME tersebut bisa sembuh, tetapi kalau tidak maka celakalah Negeri ini, sebab obatnya masih sangat langka. Kalaupun ada, orang masih takut untuk bereksperimen kepada siapa obat tersebut akan di berikan.
Ibarat sebuah permainan sepak bola, permainan sudah cukup cantik, aliran bola dari gelandang tengah sangat akurat, tetapi striker masih mandul meskipun sebenarnya hanya sekali sontekan saja bola sudah bisa masuk ke gawang lawan. Tetapi apa daya kemampuan striker untuk mencetak gol menjadi hilang, sebab penjaga gawang lawan ternyata berjumlah 11 orang.
Salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di Indonesia adalah karena banyaknya jumlah pengangguran yang setiap tahun pasti akan bertambah dan bertambah, tanpa di imbangi dengan lapangan kerja yang memadai, sehingga untuk membendung angka kemiskinan di Indonesia tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan seperti misalnya kredit lunak, sebab tidak sedikit diantra penerima kredit lunak atau bantuan yang sejenis, tidak mampu untuk mendaya gunakan bantuan tersebut yang pada akhirnya habis dibelanjakan tanpa ada pengembalian.
Birokrasi yang berbelit-belit juga menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga si penerima bantuan yang sebenarnya sudah menjadi haknya, menjadi enggan untuk mengurus bantuan tersebut sebab harus mengurus ini dan mengurus itu yang tentunya memerlukan biaya administrasi yang tidak sedikit, bayar untuk mendapatkan tanda tangan Pak RK, RT, RW, Lurah, Camat, sampai ketingkat yang paling tinggi kalau perlu. Yah inilah INDONESIA yang kita cintai. Bahkan informasi terakhir dari salah satu badan PBB menyebutkan bahwa Indonesia adalah Negara ke tiga Di Asia yang terburuk system Birokrasinya.