Kita sudah sangat cerdas untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, namun ini adalah hal yang biasa, yang luar biasa adalah, ketika kita tidak lagi mampu untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak penting untuk dibicarakan.
Seperti orang yang lapar lalu ia makan, apakah itu perlu diselidiki?, tetapi kalau sudah makan lima kali sehari masih juga lapar, ini yang perlu diselidiki ada hal apa. Kadang-kadang, kita berusaha menutupi kejujuran yang sebenarnya kita miliki. Harus kita akui bahwa pola berfikir kita ibarat lingkarang obat anti nyamuk, dibakar dari luar lalu berputar kedalam, berbeda dengan cara berfikir orang-orang yang ada di dunia luar, yang seperti lingkaran obat anti nyamuk tetapi dibakar dari dalam lalu berputar keluar.
Sebagian dari para pengambil kebijakan ketika menghadapi dilema biasanya tidak lagi menggunakan logika untuk menutuskan, tetapi lebih kepada pendekatan EMOSIONAL, terserah apakah ada pihak yang dirugikan atau tidak, terlepas apakah itu bersifat urgen atau tidak. Karena banyak juga yang sudah tau bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang melanggar aturan dan sangat merugikan tetapi tetap juga dilakukan secara simultan dan sembunyi-sembunyi.
Seperti itulah tingkah laku sebagian kecil dari kurang lebih 240 juta penduduk INDONESIA.
“Opini Dari Seorang Yang Terbelakang Dari Segi Pemikiran”