Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa hampir disetiap pemilihan, entah pemilihan umum atau pemilukada “Rupiah” selalu
menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan bahkan cenderung menjadi ukuran keberhasilan, baik itu di gunakan untuk suap kepada calon pemilih atau digunakan untuk biaya operasional selama masa kampanye.
Ketika sang politisi berhasil duduk dikursi yang telah lama ia dambakan baik dengan cara yang halal terlebih dengan cara yang tidak halal, cenderung lupa bahwa ia bisa duduk dikursi empuk tidak terlepas dari adanya dukungan dari bawah. Bahkan tidak sedikit dari para politisi kita yang terhormat lebih memikirkan bagaimana supaya setelah duduk dikuris empuk secepatnya menjadi KAYA, tidak lagi memikirkan bagaimana memenuhi janji-janji palsunya ketika berkampanye. Inilah salah satu ciri dari POLITISI YANG BUTA HATI. Berbeda dengan politisi yang ada di AMERIKA, kalau di INDONESIA jadi politisi dulu baru kaya tetapi di AMERIKA, kaya dulu baru jadi politisi.
Ciri politisi yang BUTA HATI berikutnya adalah, politisi yang setelah duduk dikursi empuk tidak pernah lagi turun ke daerah pemilihannya, berbeda ketika masa kampanye sementara berlangsung, hilir mudik kesana kemari, berwara wiri tanpa punya rasa malalu, ini berbanding terbalik ketika mereka telah sukses memduduki kursi yang menjadi dambaan setiap politisi.
Kita tidak akan pernah lagi melihat wajah mereka berwara wiri melambaikan tangan atau sekedar senyum kesetiap orang yang mereka temui di jalan, hal ini hanya bisa terulang ketika pemilihan berikutnya akan kembali di helat. APAKAH POLITISI YANG SEPERTI INI MASIH LAYAK UNTUK KITA PILIH KEMBALI? jawabannya tentu kembali kepada diri kita masing-masing sebagai wajip pilih.
Ciri politisi yang buta hati berikutnya adalah, politisi yang tidak pernah mau menganggarkan pembangunan infrastruktur yang menjadi dambaan setiap warga masyarakat yang ia wakili, bahkan cenderung hanya menaikkan anggaran untuk perjalanan dinas mereka yang tidak punya korelasi dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat, bahkan hasil dari perjalanan dinas tersebut tidak pernah ada tindak lanjutnya seperti apa dan bagaimana.
Berikutnya ciri politisi yang buta hati, adalah politisi yang tidak pernah mengucap kata terima kasih, baik secara langsung maupun tidak lansung atau mewakilkan kata terima kasih tersebut melalui media massa kepada masyarakat baik yang memilih dia maupun yang tidak.
Demikianlah CIRI-CIRI POLITISI YANG BUTA HATI, jika ada yang kurang silahkan ditambahkan melalui kotak komentar.
“SEMOGA PEMILUKADA DI KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN PADA TANGGAL 23 JUNI 2010 BERJALAN SUKSES DAN TIDAK ADA KECURANGAN”
“Opini Dari Seorang Yang Terbelakang Dari Segi Pemikiran”